Wahai saudara2ku sekalian,
bila anda ingin bahagia, maka lawanlah dirimu (nafsumu) dalam rangka berselaras
dengan Tuhanmu Azza wa-Jalla, taat kepadaNya, sekaligus dalam rangka kontra
terhadap maksiat padaNya.
Hijabmu adalah
karena anda tidak mengenal makhluk. Sedangkan makhluk itu adalah hijabmu untuk
tidak mengenal Khaliq Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu bersama dirimu, anda tak
mengenal makhluk. Sepanjang dirimu bersama makhluk, anda tidak mengenal Tuhanmu
Azza wa-Jalla. Sepanjang dirimu dengan dunia, anda kehilangan akhirat.
Sepanjang dirimu bersama akhirat anda tidak mengenal Tuhannya akhirat. Raja dan
yang dirajai (budak) tidak bisa bergabung, sebagaimana dunia dan akhirat tidak
pernah berpadu. Begitu pula makhluk dan Khaliq tidak bisa dicampur.
Minggu, 08 Januari 2012
Mewaspadai Nafsu
Nafsu selalu
memerintahkan pada keburukan, karena memang demikian watak naluriyahnya. Sampai
kapan anda diperintah oleh Qalbu dalam segala hal, dan anda tidak butuh lagi
nafsu. Maka perangilah nafsumu.
“Allah
mengilhamkan pada nafsu akan pengingkaran dan ketaqwaannya.” (Asy-Syams: 8)
Maka bersihkan
nafsu itu dengan perjuangan jiwa. Karena jika nafsu sudah bersih dan sirna, ia
akan menentramkan diri pada qalbu, lalu ketentraman qalbu menyandar pada
rahasia jiwa (sirr), dan Sirr menuju
Al-Haq Allah Azza wa-Jalla, taat padaNya. Jika hal ini tidak berhasil jangan
berharap anda akan terbebas dari kotoran dan keburukannya.
Bagaimana
bisa dekat, dengan Sang Maha Diraja, tanpa adanya kesucian dari
berbagai najis. Karena itu pendekkan imajinasi nafsu itu, maka ia bisa patuh
kepadamu. Nasehati melalui nasehat Rasulullah saw.
“Bila pagi hari,
jangan bicara pada nafsumu tentang sore hari. Jika sore hari jangan bicara pada
nafsumu tentang pagi hari. Karena anda tidak tahu bagaimana nasib namamu besok
pagi.” (Ditakhrij oleh Az-Zubaydy dalam Ithafus Saadatil Muttaqin)
Anda merasa
kasihan pada nafsumu dibanding yang lain, pada saat yang sama anda telah
menelantarkannya. Bagaimana yang lain kasihan padanya dan melindunginya?
Kekuatan naluriyah dan ambisi yang membebanimu, membuatmu berat untuk
meninggalkan nafsumu. Karena itu berjuanglah memeranginya dengan memperpendek
imajinasinya dan meminimalisir ambisinya, mengingat maut, fokus pada Allah Azza
wa-Jalla, berobat melalui jiwa para Shiddiqun dan kalamnya, disamping dzikir
yang benar-benar jernih dari kotoran, siang dan malam.
Katakan pada
nafsumu, “Bagimu keuntungan yang kamu kerjakan, dan resiko atas
tindakanmu. Tak satu pun yang menyertai keuntunganmu, juga tidak memberikan
sesuatu padamu, karena itu haruslah beramal dan mujahadah. Kawanmu adalah yang
mencegahmu, dan musuhmu adalah yang menyesatkanmu. Karena saya melihat dirimu
bersyukur pada selain Allah Azza wa-Jalla atas nikmat-nikmatNya. Engkau
memberikan haknya nafsu dan makhluk, tapi engkau menggugurkan Haknya Allah Azza
wa-Jalla. Padahal anda tahu bahwa ni’mat-ni’mat itu dari Allah Azza wa-Jalla,
lalu mana syukurmu? Bahkan anda pun tahu bahwa Allah Ta’ala menciptamu, lalu
mana ibadah, melaksanakan perintah dan menjauhi laranganNya serta sabar atas cobaanNya.”
Perangi nafsumu
hingga engkau dapat hidayah.
Allah swt
berfirman:
“Dan orang-orang
yang berjuang melawan dirinya dalam rangka menempuh pada Diri Kami, niscaya
akan Kami beri hidayah mereka, jalan-jalan Kami.” (Al-Ankabut: 69)
“Apabila kamu
memohon pertolongan Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan
pijakan kalian.” (Muhammad: 7)
Karena itu anda
jangan memberi toleransi pada nafsu, jangan patuh dan jangan taat, anda pasti
menang dan bahagia. Jangan tersenyum pada wajahnya, jawablah dari seribu
kalimatnya, jawaban yang bisa membersihkan dirinya dan menentramkan pada hati.
Jika nafsu menuntut syahwat kesenangan dan kelezatan, dan apa jaminan dan
akhirnya? Katakan pada nafsu, bahwa tempatmu nanti syurga. Sabarkan nafsumu
atas kegagalan yang pahit, hingga Allah memberikan anugerahNya. Jika anda sabar
dan bisa menyabarkannya, maka Allah azza wa-Jalla bakal menyertainya.
“Sesungguhnya
Allah menyertai orang-orang sabar.” (Al-Anfaal: 46)
Jangan terima
ucapan dan interupsi nafsu, karena ia tidak berkata kecuali menjurus keburukan.
Jika anda mulai menyenangi nafsu, segera lawan. Karena melawannya pasti
mendatangkan kebaikan.
Wahai orang yang
mengaku berserasi dengan kehendak Allah swt, sedangkan dirimu mengikuti hawa
nafsumu, engkau dusta dalam pengakuanmu. Nafsu dan Allah Azza wa-Jalla tidak
pernah berpadu. Dunia akhirat pun demikian. Siapa saja yang berteguh pada
nafsunya, ia telah kehilangan berteguh pada Allah Azza wa-Jalla. Siapa yang
wuquf di dunia, ia akan kehilangan wuquf di akhirat. Nabi saw, bersabda:
“Siapa yang
mencintai dunianya, akan mencederai akhiratnya. Siapa yang mencintai
akhiratnya, dunianya akan tercederai.” (Hr Imam Ahmad)
Sabarlah. Jika
sabarmu sempurna, maka ridlomu juga sempurna. Semuanya sangat indah di
hadapanmu, apa pun yang terjadi merupakan manifestasi rasa syukurmu, yang jauh
jadi dekat, yang syirik berubah tauhid, dan anda tidak peduli dengan ancaman
maupun manfaat dari makhluk, tidak memandang kontradiksi, bahkan pintu-pintu
menyatu, arah hanya satu. Suatu kondisi yang tidak banyak dijadikan pegangan
oleh orang, bahkan hanya individu-individu, dari 1000 orang, hanya satu orang
saja yang mampu memutus hawa nafsunya.
Berjuanglah agar
mati di sisiNya Azza wa-Jalla. Berjuanglah agar dirimu mati sebelum engkau
mati. Hiburlah dengan kesabaran dan perlawanan terhadap dirinya. Dalam waktu
dekat kesabarannya akan memujinya. Kesabaran itu dibatasi waktu dunia,
sedangkan balasan atas kesabaran tidak pernah sirna. Aku sabar, dan aku melihat
dampaknya, sangatlah positif terpuji. Aku mati, kemudian Dia menghidupkan aku,
kemudian mematikanku. Aku hilang dari diriku, kemudian Dia menemukanku, lalu
menghilangkanku, lalu aku sirna besertaNya, dan maujud denganNya. Aku berjuang
untuk tidak memilih dan berkhasrat sampai sukses, hingga takdir membimbingku
dan anugerahNya menolongku, tindakanNya menggerakkanku, kecemburuanNya
melindungiku, hasratNya memberikan kepatuhanku padaNya, serta kehendakNya yang
dahulu mendahului kehendakku, Allah azza wa-Jalla mengangkat derajatku.
Anak-anak sekalian…Anda
lari dariku, sedangkan aku gurumu. Jagalah posisimu di hadapanku, jika tidak,
anda akan hancur. Hai orang yang menempuh, datanglah dulu kepadaku, baru datang
ke Baitullah. Akulah pintu Ka’bah, kemarilah, aku ajari bagaimana haji yang
benar, di mana anda bicara dengan Yang Punya Ka’bah.
Anda pun bakal
tahu, ketika debu-debu tampak, maka duduklah, dan berpeganglah pada kendali
yang ada padaku, karena aku diberi kekuatan oleh Allah Azza wa-Jalla.
Kaum sufi telah
memerintahkan kalian atas apa yang diperintah Allah Azza wa-Jalla dan melarang
kalian atas apa yang dilarang oleh Allah Azza wa-Jalla. Mereka benar-benar
telah memberikan nasehat padamu, dan mereka menyampaikan amanah itu.
Beramalah di
negeri hikmah sampai kalian pada negeri Qudrat. Dunia adalah negeri hikmah, dan
akhirat adalah negeri Qudrat. Hikmah membutuhkan piranti dan alat, sebab
akibat, sedangkan Qudrat tidak butuh semua itu. Allah melakukan semua itu demi
membedakan antara Darul Hikmah (dunia) dan Darul Qudrat (akhirat). Akhirat itu
bangunan tanpa sebab, yang bicara pada ragamu dan yang melihat amalmu atas
kemaksiatan-kemaksiatanmu kepada Allah Azza wa-Jalla.
Di hari kiamat
nanti segala tirai tersingkap dan segala tirai yang menutupimu terbuka,
terserah anda semua. Tak seorang pun masuk neraka kecuali dengan hati yang beku
karena banyaknya tumpukan alasan. Bacalah Kitab dan Sunnahmu dengan fikiranmu,
lalu tobatlah dari keburukan dan bersyukurlah atas kebajikan-kebajikan.
Batasilah catatan kemaksiatanmu dan timpahkan di lembarannya dengan pukulan
taubat.
Anak-anak
sekalian…Kalian telah tumbuh di tanganku, jika kalian tidak menerima apa yang
aku ucapkan, kalian tidak meraih manfaat dariku. Anda hanya melihat rupa tapi
kehilangan makna. Siapapun yang berguru padaku haruslah menerima apa yang aku
ucapkan dan mengamalkan. Jika tidak jangan berguru padaku, karena bakal merugi.
Aku telah
menyajikan sajian di meja, tak seorang pun mau memakannya! Pintu sudah terbuka
tak seorang pun memasukinya. Akh! Apa yang kulakukan padamu? Apa yang kukatakan
padamu? Berapa kali aku bicara dan kalian tidak mendengar! Aku hanya demi
kalian, bukan demi diriku. Aku tidak takut kalian, tidak berharap kalian, tidak
kubedakan antara negeri kemakmuran maupun kerobohan, antara yang hidup dan
mati, antara yang kaya dan miskin, antara raja dan budak. Semuanya ada di
Tangan Allah azza wa-Jalla.
Ketika cinta
dunia keluar dariku, mak aku benar, lalu bagaimana tauhid anda benar sedang di
hatimu ada cinta dunia. Tidakkah anda dengar sabda Nabi saw:
“Cinta dunia itu
adalah pangkal segala kesalahan.” (Takhrij az-Zubaidy)
Sepanjang anda
memulai, membiasakan, mencari, menempuh jalan menuju Allah, maka sepanjang itu
pula cinta dunia sebagai pangkal kesalahan. Jika anda telah sampai pada kedekatan dengan Allah swt, anda pun senang
dengan bagian seberapa pun di dunia, anda tidak suka jika mendapatkan bagian
yang diberikan pada selain dirimu. Rasa cinta itu didasari oleh pengetahuan
anda bahwa Allah Azza wa-Jalla telah menakdirkan padamu, dan anda menerima
dengan suka cita, sama sekali tidak menerima yang lainnya.
Bagimana anda
bisa menoleh ke yang lain sedangkan hati anda ada di hadapanNya Azza wa-Jalla
sebagaimana ahli syurga dalam syurganya? Semua yang berjalan pada diri anda adalah dari Allah Azza
wa-Jalla Sang Kekasih, karena anda menghendaki melalui kehendakNya, dan memilih
melalui pilhanNya, yang beredar melalui KekuasaanNya, sementara seluruh hal
selain Allah Azza wa-Jalla putus dari hatimu, maka dunia dan akhirat tunduk
padamu, dan yang anda raih adalah bagian dariNya, cintamu bukan pada sesuatu
darimu tetapi dariNya.
Orang munafiq
yang suka pamer, dan suka kagum pada amalnya sendiri itu, tetap saja puasa
siang hari dan tahajud malam hari, makan makanan kasar, berpakaian sahaya,
padahal batin dan lahirnya gelap. Tak satupun kakinya melangkah kepada Tuhannya
Azza wa-Jalla, dan dia tergolong orang
yang bekerjakeras namun penuh kepayahan. Di mata kaum pilihan Shiddiqun dan
Washilun rahasia batinnya tampak semuanya. Hari ini mereka bisa dilihat kaum
khawash (kalangan khusus ruhani) dan esok di akhirat semuanya akan melihatnya.
Kaum khawash
melihatnya dengan hatinya, namun mereka menutupinya dengan Tirai Allah Azza
wa-Jalla. Kemunafikan anda semua jangan dibaur dengan kaum sufi, sepanjang anda
tidak mau menyingkirkan jiwa munafiqmu. Tak ada nasehat bagimu sepanjang anda
tidak memutuskan ikatan kemunafikan itu, sepanjang anda tidak memperbarui
Islammu, mewujudkan taubatmu, keluar dari rumah watakmu, hawa nafsumu, wujud
eksistensimu dan menarik manfaat serta meninggalkan bahaya darimu.
Sedangkan anda
membiarkan hati anda di lorong sempit, membiarkan batinmu dalam pengkhianatan
di hadapan Tuhan. Segeralah kembali pada fondasi, lalu membangun. Asasnya
adalah faham agama. Faham qalbu bukan faham wacana. Faham dalam qalbu
mendekatkan diri anda pada Allah Azza wa-Jalla, sedangkan faham menurut wacana
hanya mendekatkan diri anda kepada makhluk dan penguasanya. Faham dalam qalbu
membiarkan dirimu berada dalam majlis taqarrub kepada Allah Azza wa-Jalla,
mendekatkan langkahmu menuju Tuhanmu Azza wa-Jalla.
Celaka anda ini.
Anda menelantarkan dirimu dalam zaman di mana anda mencari ilmu tapi tidak
mengamalkan. Anda pada pijakan kebodohan karena anda berbakti pada musuh-musuh
Allah Azza wa-Jalla, musyrik bersama mereka. Padahal Allah Ta’ala tidak butuh dirimu,
atas apa yang anda jadikan tuhan selain Dia. Allah tidak mau menerima
kemusyrikanmu. Apakah anda ini tidak tahu bahwa anda adalah budak yang
dikendalikan olehNya?
Bila anda mau
bahagia, tinggalkan kendali di hatimu, demi kendali di Tangan Al-Haq Azza
wa-Jalla, bertawakkal padaNya secara total lahir dan batin. Jangan curiga
kepadaNya Azza wa-Jalla, karena Dia tidak bisa dicurigai, sebab Dialah yang
lebih tahu kemaksiatanmu dibanding anda. Dia Maha Tahu dan anda tidak tahu.
Seharusnya anda
diam di hadapanNya, bersembunyi dan bersunyi diri hingga datang kepadamu izin
dariNya untuk bicara. Maka anda pun bicara bersamaNya, bukan bersama diri anda.
Ucapanmu menjadi obat bagi hati yang lara, dan obat bagi rahasia batin,
sekaligus pencerah bagi akal.
“Ya Allah
cahayailah hati kami, tunjukkan padaMu, dan bersihkan rahasia batinku, dan
dekatkanlah padaMu.
Ya Tuhan
berikanlah kami kebajikan di dunia, dan kebajikan di akhirat, dan lindungilah.
Label:
Adab
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar